Created (c) by Princexells Seyka (Princelling Saki)

1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu; Ayo kejar bukunya !!!

1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu
Buku terbaru Djenar Maesa Ayu, 1 Perempuan 14 Laki-laki (telah) di-launching pada 14 Januari 2011 lalu, bertepatan dengan ulangtahun penulis yang juga sutradara film itu. Tapi, buku itu sendiri sudah bisa di dapat di toko buku pada: 11-1-11 (baca: tanggal selas bulan satu tahun duaribu sebelas). Sebelum buku ini, buku terakhir Djenar adalah Cerita Pendek tentang Cerita Cinta Pendek, hampir lima tahun lalu. Sudah pasti, terbitnya buku baru Djenar ini, bisa menjawab rasa penasaran pembaca yang menyukai karya-karyanya: seperti apa buku ini? Adakah yang baru atau berubah?

Satu point yang menarik adalah: dalam buku 1 Perempuan 14 Laki-laki ini, Djenar berkolaborasi dengan 14 orang laki-laki, dengan latar profesi yang beragam. Saya, kebetulan ada di antara ke 14 “laki-laki yang beruntung” itu. Eghmmm. Saya dan Djenar bisa menyelesaikan satu cerpen: Kunang-kunang dalam Bir. Cerpen ini, sempat muncul di Kompas.

Cerpen-cerpen lain ditulis Djenar bersama Enrico Soekarno (Cat Hitam Berjari Enam), Indra Herlambang (Menyeruput Kopi di Wajah Tampan), Sardono W Kusumo (Rama Raib), Totot Indrarto (Kupunyakupu), Jerinx JRX (Kulkas. Dari. Langit.), Arya Yudistira Syuman (Matahari di Klab Malam), Sudjiwo Tedjo (Rembulan Ungu Kuru Setra), Richard Oh ( Nafas dalam Balon Karet), Nugroho Sukmanto (Bukumuka), Lukman Sardi (Ra Kuadrat), Robertus Robet (Dijerat Saklar), Romo Mudji Sutrisno (Polos), Butet Kartaredjasa (Balsem Lavender). Hmm, melihat latar belakang nama-nama itu, apa yang langsung Anda bayangkan, bukan tentang Djenar-nya tentu saja, tapi tentang bukunya!

Kita kenal Lukman Sardi seorang aktor film, Jerinx JRK adalah salah satu pentolan band Superman is Dead, Sudjiwo Tedjo seniman dan intelektual serba komplit, Sardono W. Kusumo adalah penari dan koreografer tari yang banyak mempengaruhi sejarah dan pertumbuhan tari Indonesia kontemporer saat ini.

Apa kata Djenar, perihal bukunya ini, baiklah, saya bocorkan sedikit pengantar yang ditulisnya untuk buku 1 Perempuan 14 Laki-laki:

Saya selalu percaya bahwa inspirasi bukanlah sesuatu yang bisa saya datangkan, namun inspirasilah yang mendatangi saya. Maka disiplin yang saya lakukan adalah, selalu setia di depan laptop ketika sedang ada waktu senggang sehingga akan selalu siap mentransformasikan insipirasi ke dalam teks ketika ia datang. Selanjutnya, biarkan diri saya menjadi objek dan teks yang menjadi subjeknya. Biarkan teks itulah yang menjadi raja.

Hal inilah yang saya tawarkan kepada Agus Noor: Menulis tanpa konsep. Seperti yang Agus Noor sudah tulis di blognya dengan judul “Kunang-Kunang dalam Bir” –sesuai dengan judul cerpen yang akhirnya berhasil kami tulis berdua– kami akan mencoba menulis bergantian kalimat perkalimat. Begitulah kesepakatan kami sambil menikmati secangkir kopi hangat.

Sebelum malam mulai larut, dan kopi sudah berganti bir yang dengan segera berpindah ke perut, saya terinspirasi untuk menulis kalimat pertama. “Di kafe itu, ia meneguk kenangan.” Setelah itu saya menyodorkan laptop ke arah Agus Noor untuk dibaca dan dilanjutkan. Demikian seterusnya. Awal kesepakatan untuk menulis bergantian kalimat perkalimat, akhirnya kami bebaskan kepada perasaan kami saja. Apabila baik saya maupun Agus Noor masih asyik menulis lebih dari satu kalimat, tidak ada salah satu dari kami yang berusaha menghentikannya.

Jika Agus Noor mengumpamakan proses kreatif kami sebagai dua petinju yang sedang saling menukar jurus-jurus pukulan, saya lebih senang mengumpamakannya sebagai dua orang yang sedang kasmaran sehingga selalu ingin memahami dan menyenggamai masing-masing pikiran. Selalu ingin berdekatan dengan bibir yang saling berpagut pada lidah yang melulu ingin memenuhi tiap ruang kosong. Dan dalam situasi seperti itu, pikiran sepasang manusia yang kasmaran ini pun bolong. Hanya intuisi yang menggerakkan tiap indera perasa. Mereka lupa dan merdeka, karena ada faktor lain yang bekerja, yaitu rasa kasmaran atau cinta. Cinta, yang saya perumpamakan sebagai teks inilah satu-satunya subjek yang menuntun gerakan jari kami berdua ketika menulis bersama.

Kami menyelesaikan satu cerpen hingga dini hari. Walaupun saya sudah terbiasa menulis tanpa konsep, namun berhasil menulis berdua dengan cara seperti itu tetap saja membuat saya takjub. Saya pun mulai berpikir, bagaimana jika saya melakukannya bukan dengan seorang penulis? Apakah cara menulis tanpa konsep seperti itu akan berhasil juga?

Akhirnya saya menghubungi beberapa sahabat, yang dengan segera menyambut ide saya dengan hangat. Kali kedua saya menulis dengan Totot Indrarto, seorang krikitus film yang sering memanggil saya dengan sebutan monyet. Hal yang terjadi selanjutnya, tidak berbeda dengan apa yang saya lakukan dan rasakan dengan Agus Noor. Kami berhasil menyelesaikan satu cerpen dalam waktu satu hari. Saya ingat benar, kami memulainya pukul delapan malam hingga jam empat pagi. Saya pun semakin percaya diri dan selama lima hari berturut-turut menulis bergantian dengan beberapa sahabat laki-laki: Sudjiwo Tedjo, Sardono W. Kusumo, Enrico Soekarno, Indra Herlambang, dan kakak tertua saya, Arya Yudistira Syuman.

Menulis bersama yang bukan penulis bagi saya adalah sebuah pengalaman yang sangat mengesankan. Banyak medium di luar teks yang begitu menggugah perasaan. Salah satunya adalah menulis dengan Mas Sardono. Ketika Mas Sardono berbicara, ketika ia mengerjapkan matanya setiap kali mencoba mengingat satu peristiwa, ketika tangannya bergerak menirukan gaya sebuah karya tari, ketika pada akhirnya saya mengantar dari coffeewar menuju rumahnya yang juga masih berada di daerah Kemang dengan berjalan kaki, segalanya mengalir bagai sebuah tarian. Pada saat itu pun saya segera sadar, jika Mas Sardono tengah menulis dengan begitu apik lewat tubuhnya dan hal inilah yang harus segera saya tumpahkan ke dalam tulisan.

Pengalaman yang cukup unik juga saya rasakan ketika bertemu Jering, salah satu personel band Superman Is Dead, yang juga dikenal dengan inisial JRX. Tidak seperti sahabat-sahabat lain, saya belum pernah berjumpa dengan Jering sama sekali. Kami saling mengenal lewat salah satu situs pertemanan di Internet. Yang menarik saya untuk mengajaknya bekerja sama, tidak lain karena tulisan-tulisan pendeknya di situs pertemanan tersebut. Pada satu kesempatan berlibur dengan anak-anak ke Bali, Pulau Dewata tempat Jering berdomisili, saya pun menyempatkan waktu untuk menulis bersamanya. Di sebuah Diner miliknya yang riuh, kami tidak saja berusaha memahami teks yang kami saling ketik, namun lewat teks jualah kami mengawali awal persahabatan yang begitu instan. Dan cukup dua kali pertemuan yang kami butuhkan. Satu cerpen pun berhasil kami selesaikan.

Apakah semudah itu?

[Tulisan tersebut di atas merupakan  catatan, komentar ataupun review Agus Noor atas karya Djenar Maesa Ayu ini, untuk mengunjungi blog Agus Noor, silahkan kesini :: http://agusnoorfiles.wordpress.com]
Description: 1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu; Ayo kejar bukunya !!! Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: 1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu; Ayo kejar bukunya !!!

40 Days In Europe - Kisah kelompok musik Indonesia menaklukan daratan Eropa

40 days in Europe
40 Days In Europe - Kisah kelompok musik Indonesia menaklukan daratan Eropa

Buku ini berkisah tentang sekelompok anak muda yang berjuang mengenalkan budaya Indonesia melalui musik angklung. Siapa sangka, angklung yang terlihat sederhana dan bersahaja dapat tampil menggetarkan setiap panggung di negara-negara Eropa. Inilah kisah 35 musisi asal Indonesia yang tak pernah menyerah meski awalnya terancam batal berangkat ke eropa.

Namun, berbekal keberanian, kerja keras dan cerdas serta mimpi untuk membuat tim ini sejajar dengan musisi internasional lainnya, tak ada rintangan yang tak dapat dilalui. Meski tertatih, kelompok musisi yang membawa misi Expand the Sound of Angklung ini terus menebar pesona di seantero eropa. Berbagai kota mereka taklukkan dengan keindahan alat musik tradisional asli indonesia. Semua terkesan. Semua takjub dengan keajaiban yang bisa didatangkan sebuah instrumen musik. Pada akhirnya, misi budaya ini menegaskan identitas bangsa yang bisa berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lainnya.

Mau download bukunyaa?
Download Ebook nya disini
Description: 40 Days In Europe - Kisah kelompok musik Indonesia menaklukan daratan Eropa Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: 40 Days In Europe - Kisah kelompok musik Indonesia menaklukan daratan Eropa

Resensi 40 Days in Europe

Download ebook 40 Days in Europe karya Maulana M. Subhan
Sebuah buku yang berjudul 40 Days In Europe ini merupakan hasil karya seorang siswa lulusan SMAN 3 Bandung dan Teknik Industri ITB bernama Maulana M. Syuhada. Kini, ia melanjutkan pendidikannya di Technische Universitaet Hamburg. Buku ini merupakan buku non-fiksi, yaitu salah satu pengalaman dalam kehidupan sang pengarang. Sekilas, jika dilihat dari judul, kita mungkin mengiranya sebagai buku berjenis fiksi dan bercerita tentang petualangan dan fantasi. Namun, dugaan tersebut tidak sepenuhnya benar. Buku ini memang bercerita tentang petualangan, tetapi bukan petualangan di dunia fantasi, melainkan petualangan dalam hidup yang benar benar terjadi.

40 Days in Europe, bertema petualangan sebuah kelompok angklung mengharumkan nama Indonesia di tanah Eropa. Buku ini menceritakan mengenai 35 orang asal Indonesia yang tidak pernah menyerah dalam membawa misi Expand Sound of Angklung. Walaupun didera banyak cobaan hingga dihadapkan ke pilihan yang sulit yaitu menggelandang di Eropa ataukah berenang melewati Selat Inggris, mereka tidak pernah menyerah. Alur buku yang tidak monoton membuat kita menikmati buku ini. Dalam buku ini, tidak hanya diceritakan saat mereka sudah berada di Eropa saja. Tetapi, buku ini menceritakan sejak melayangkan surat mengenai ESA 2004 ke salah satu alumni KPA (Keluarga Paduan Angklung) yang tinggal di Hamburg meminta bantuan, lalu mulai dari mengubungi kota-kota di Eropa untuk mengadakan konser atau acara, mencari festival yang akan diikuti, mencari dana, bahkan hingga alat transportasi antar negara. Setelah itu semua, baru diceritakan sejak mereka tiba di Eropa, mulai dari hari pertama hingga hari ke empat puluh. Latar dalam buku ini antara lain hari-hari ketika masih di Bandung dan hari-hari ketika sudah berada di Eropa. Latar tempatnya yaitu berbagai negara dan kota di Eropa.

Buku ini, tidak hanya sekedar sebuah buku yang berisi tulisan-tulisan. Tetapi, buku ini juga mengajarkan hal-hal tentang hidup ini. Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari buku ini, seperti mengajarkan kita bagaimana harus sabar dalam melewati liku-liku hidup, mempersiapkan segalanya dengan matang, kekompakan dan kebersamaan yang erat dalam sebuah kelompok, mengambil keputusan di saat yang genting, dan banyak lagi pelajaran lainnya yang dapat kita ambil dari buku ini.

Setiap buku tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk beberapa kelebihan buku ini sudah disebutkan di atas seperti alur yang tidak monoton dan pelajaran yang begitu banyak dapat diambil. Kelebihan lainnya antara lain disertakannya beberapa foto dokumentasi ketika berada di Eropa sehingga semakin menarik saja. Gaya bahasa yang digunakan di buku ini juga sesuai dengan gaya bahasa kita sehingga mudah dimengerti. Salah satu hal yang saya senangi dari buku ini adalah, buku ini ketika sudah memasuki bagian di Eropa, dituliskan menurut hari dan negaranya. Misalnya, hari pertama di Frankfurt, nah begitu hari kedua, langsung ganti lagi, sehingga tidak monoton.

Namun, setiap buku pasti memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan buku ini adalah, bagian awal, ada bagian yang agak membosankan seperti email yang tidak terlalu penting yang dicantumkan ataupun percakapan di yahoo messenger yang agak membosankan. Namun, secara keseluruhan buku ini sudah sangat baik. Apalagi ditambah dengan penggantian buku dengan hadiah apabila buku ini ada cacat.

Kepengarangan buku ini, gaya bahasa yang digunakan tidak rumit dan mudah dimengerti sehingga sesuai untuk umur remaja ataupun yang lebih tua. Kesimpulan, buku ini sangat menarik untuk dibaca dan begitu banyak pelajaran mengenai hidup yang dapat diambil dari buku ini. Tidak lupa, dengan membaca buku ini, kita akan semakin bangga dengan Indonesia kita ini karena angklung yang hanya dari sebuah bambu dapat menaklukan hati para warga Eropa.


Informasi Buku
Judul : 40 Days In Europe, Kisah Kelompok Musik Indonesia Menaklukan Daratan Eropa
Nama pengarang : Maulana M. Syuhada
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2007
Cetakan : Kedua
Harga : Rp 55.000,00

untuk mendownload ebooknya, silahkan klik disini
sumber resensi: _http://arindablog.wordpress.com/
Description: Resensi 40 Days in Europe Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Resensi 40 Days in Europe

Maulana M. Syuhada - Tentang Penulis 40 Days ini Europe

TENTANG PENULIS

Maulana M. Syuhada adalah pecinta seni yang punya hobi sekolah. Setelah lulus dari Teknik Industri ITB tahun 2001, ia pergi ke Jerman untuk melanjutkan pendidikan master di bidang Manajemen Produksi di Technische Universitaet Hamburg-Harburg. Selama tinggal di Jerman ia aktif terlibat di berbagai kegiatan seni dan budaya. Tahun 2002 ia mendirikan " Angklung-Orchester Hamburg", sebuah grup angklung kampus, dan berhasil menjaring mahasiswa asing yang berasal dari sepuluh negara berbeda.

Maulana M. Syuhada
Setahun kemudian bersama tiga rekan mahasiswa lainnya, ia membentuk grup Sabilulungan, sebuah grup kesenian Sunda amatir yang menspesialisasikan dirinya pada kacapi-suling dan rampak kendang. Maulana juga merupakan personil grup gamelan Margi Budoyo Hamburg dimana ia melakukan pentas bersama grup secara reguler. Ia merupakan salah satu konseptor “Wayang Kontemporer” yang dipentaskan untuk pertama kalinya di Eropa pada November 2003 pada Festival Gamelan di Berlin.

Pengalaman terbesarnya di bidang seni dan budaya adalah ketika memimpin Keluarga Paduan Angklung SMAN 3 Bandung (KPA 3) melakukan muhibah budaya ke enam negara Eropa selama 40 hari pada musim panas 2004, yang dikisahkannya dalam buku “40 Days in Europe” ini. Sejak tahun 2005 ia tinggal di Inggris untuk melanjutkan pendidikan doktor di bidang Management Science di Lancaster University Management School.
Description: Maulana M. Syuhada - Tentang Penulis 40 Days ini Europe Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Maulana M. Syuhada - Tentang Penulis 40 Days ini Europe

40 Days in Europe - Download Ebook

Download ebook 40 Days in Europe - Maulana M. Subhan
Download ebook berjudul : 40 Days in Europe karya Maulana M. Syuhada.
download disini.

Mau baca resensi dulu sebelum mendownload? baca disini
Description: 40 Days in Europe - Download Ebook Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: 40 Days in Europe - Download Ebook

Surat Kecil untuk Tuhan - Resensi Novel

Novel Surat Kecil untuk Tuhan
Kisah Nyata Gadis Berusia 13 Tahun Bertahan Hidup Dari Kanker Ganas Paling Mematikan Di Dunia
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
Terjadi pada orang lain

Cuplikan di atas adalah sepenggal bait dari tulisan Keke, seorang penderita kanker ganas yang menyerang bagian wajah, Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak pertama di Indonesia. Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika adalah seorang gadis remaja berusia 13 tahun ketika divonis memiliki penyakit kanker mematikan tersebut yang dapat membunuhnya dalam waktu 5 hari. Kanker jaringan lunak itu menggerogoti bagian wajahnya sehingga terlihat buruk menjadi seperti monster. Walau dalam keadaan sulit, Keke terus berjuang untuk tetap hidup dan tetap bersekolah layaknya gadis normal lainnya.

Mendengar vonis tersebut, sang Ayah, Joddy Tri Aprianto tidak menyerah. Ia terus berjuang agar sang putri kesayangannya itu dapat terlepas dari vonis kematiannya. Perjuangan sang ayah dalam menyelamatkan putrinya tersebut begitu mengharukan.

Perjuangan panjang Keke dalam melawan kanker ternyata membuahkan hasil. Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Keberhasilan Dokter Indonesia dalam menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi di Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua dokter di dunia bertanya-tanya.

Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat. Keke sadar jika nafasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia justru bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernafas lebih lama dari vonis 5 hari bertahan hingga 3 tahun lamanya, walau pada akhirnya ia harus menyerah. Dokter pun akhirnya menyerah terhadap kankernya. Di nafasnya terakhir itulah ia menuliskan sebuah surat kecil untuk Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada lagi air mata di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.

Hingga pada tanggal 25 Desember 2006, Keke menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 11 malam. Tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan idul fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya. Namun kisahnya menjadi abadi. Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya ini dikeluarkan secara online. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman.

Kisah perjuangan Keke ini pun sempat diulas dalam acara Kick Andy di Metro TV. Sebelumnya buku ini diterbitkan secara online oleh penulis, Agnes Davonar dan dibaca lebih dari 350.000 pengunjung. Namun, karena banyaknya pembaca yang terinspirasi oleh kisah ini, akhirnya buku ini dicetak secara luas dan terjual lebih dari 30.000 exemplar dalam waktu dua bulan dan telah diterbitkan pula di Taiwan dengan mencetak sukses yang sama.

Kisah Keke yang telah memasuki cetakan ketujuh ini pun akhirnya menginspirasi Skylar Pictures untuk mewujudkan pesan dan perjuanganya tersebut kepada dunia lewat layar lebar. Kita tunggu saja kemunculannya di bulan Februari 2011. Salam inspirasi.

Informasi Buku
Judul : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penerbit : Inandra Publisher
Penulis : Agnes Davonar
Kategori : True Story
Cetakan : ke-8
Tebal : x + 232 Halaman

Download ebook ini DISINI [Jangan lewatkan]

Description: Surat Kecil untuk Tuhan - Resensi Novel Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Surat Kecil untuk Tuhan - Resensi Novel

Download Surat Kecil Untuk Tuhan

Surat Kecil Untuk Tuhan
Surat Kecil Untuk Tuhan ini bercerita tentang sebuah kisah nyata yang terjadi pada seorang anak bernama gitta sassa wanda cantika mantan artis cilik era tahun 1998an.. gadis cilik berusia 13 tahun yang divonis mengalami kanker ganas yang nyaris membuat wajahnya menjadi tampak seperti monster. dokter mengvonis gitta akan mati dalam waktu 5 hari bila tidak melakukan operasi. tapi orang tuanya tidak tega buat melihat separuh wajah dari putrinya harus hilang karena operasi. dan terlebih gitta seorang gadis bagaimana dia menatap masa depannya.

Baca review buku Surat Kecil untuk Tuhan disini.
 



download

Description: Download Surat Kecil Untuk Tuhan Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Download Surat Kecil Untuk Tuhan

Download Padang Bulan - Andrea Hirata

Langsung aja kawan-kawan para ebook holic. Silahkan download ebook Padang Bulan dengan mengklik link di bawah ini.


Padang Bulan - Andrea Hirata (DOWNLOAD)

Description: Download Padang Bulan - Andrea Hirata Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Download Padang Bulan - Andrea Hirata

Buku ETIKA KOMUNIKASI, Manipulasi Media, kekerasan, dan Pornografi

Buku ETIKA KOMUNIKASI, Manipulasi Media, kekerasan, dan Pornografi yang ditulis oleh Haryatmoko, layak menjadi bahan bacaan mahasiswa Ilmu Komunikasi, baik bacaan di kala waktu senggang atau sebagai referensi ilmiah. Silahkan baca bukunya disini.

Description: Buku ETIKA KOMUNIKASI, Manipulasi Media, kekerasan, dan Pornografi Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Buku ETIKA KOMUNIKASI, Manipulasi Media, kekerasan, dan Pornografi

Buku Penelitian Komunikasi Kualitatif Oleh Pawito, Ph.D

Silahkan baca buku Penelitian Komunikasi Kualitatif karya Pawito Ph.D. Buku ini banyak menjadi rujukan mahasiswa komunikasi dalam penyusunan tugas akhir atau skripsi.

Description: Buku Penelitian Komunikasi Kualitatif Oleh Pawito, Ph.D Rating: 5.0 Reviewer: Admin ItemReviewed: Buku Penelitian Komunikasi Kualitatif Oleh Pawito, Ph.D