![]() |
Pram Melawan! : Dari Perkara Sex, Lekra, PKI, sampai Proses Kreatif |
Siapa yang tak kenal dengan Pramoedya Ananta Toer, seorang tokoh yang memang kontroversial hingga akhir hayatnya. Sosok Pramoedya sulit ditangkap secara utuh. Kecurigaan serta stigma "kiri" atau "komunis" yang melekat padanya, semakin membuat tokoh yang diwacanakan sebagai penerima hadiah Nobel untuk bidang sastra itu, terlupakan.
Padahal menjelang akhir hayatnya, sejumah karyanya mengalami cetak ulang. Di sejumlah forum, karyanya tidak pernah sepi dibicarakan dan diapresiasi. Bahkan tidak sedikit remaja mulai tergila-gila dengan karya Pramodya.
Oleh sebab itu, terbitnya buku Pram Melawan!, merupakan sebuah titik pijakan baru yang dapat mengantarkan para peminat karya Pram (demikian panggilan pendek Pramoedya), pemerhati sejarah, maupun peneliti sastra menuju pemahaman semesta Pramoedya secara lebih lengkap.
Buku Pram Melawan merupakan kumpulan sejumlah wawancara yang dilakukan oleh penyusunnya dengan Pram. Topiknya beragam, dari soal politik, sastra, kebudayaan, keluarga, sosial hingga pengalaman pribadinya ketika dibuang ke pulau Buru.
Dari sinilah pembaca dapat melihat banyak sisi lain dari Pram. Ia seakan ingin orang mengetahui duduk persoalan masa lalunya secara jernih terkait dengan kekuasaan. Ia juga ingin meluruskan siapa yang sebenanya layak disebut sebagai orang yang merampas kebebasan orang lain.
Sementara itu, untuk pihak-pihak yang berseberangan dengannya di masa lalu, Pram seakan ingin mereka melihat alasan-alasan mengapa lelaki pendukung Soekarno itu melakukan sesuatu yang dianggap keliru.
Salah satu pertanyaan yang sering mengusik tentang Pram adalah, apakah ia seorang anggota Partai Komunis Indonesia ketika itu? Ia menjawab, anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) tidak otomatis menjadi anggota PKI.
Bagi Pram, Lekra adalah kiri. Namun, kiri tidak berarti komunis. Kiri adalah orang yang tertindas dan tersingkirkan. Golongan seperti inilah yang harus dibela. Merekalah yang harus dimanusiakan. Jadi, keliru jika golongan ini yang harus diperlakukan tidak adil.
Itu juga yang menjadi roh dalam realisme sosial di dalam sastra. Mereka yang tertindas harus dibebaskan, diberi kesadaran. Jadi, realisme sosial akan tetap relevan hingga kapan pun selama rakyat yang tertindas masih ada.
Hal menarik lain yang diungkapkan oleh Pram adalah permusuhan Lekra dengan Manikebu. Menurut pengakuannya, Pram memang melawan orang-orang golongan Manikebu. Alasannya, ia hanya berusaha mencegah demokrasi liberal ala Barat dan melawan orang-orang yang anti terhadap Soekarno.
Menariknya, dalam wawancara yang dilakukan, Pram selalu berbicara terbuka, tanpa tedeng aling-aling. Seluruh gelora emosi, kekesalan, serta kekecewaannya, tertumpah tanpa beban dalam buku ini.
Buku ini bagaikan sebuah medium bagi Pram untuk menunjukkan realitas dirinya. Sebuah realitas yang berkorespondensi dengan berbagai gejala yang ada di sekitarnya. Realitas ini bagi Pram bukan hanya sesuatu yang hadir dari bawah alam sadar, namun juga sesuatu yang terinternalisasi dari lingkungan.
Kita tungu saja apakah akan ada yang menjawab isi buku ini. Jika pun ada, semoga itu diletakkan dalam keranga sejarah kebudayaan dan kesenian, bukan politik yang tidak berujung.
Info Buku;
Judul : Pram Melawan! : Dari Perkara Sex, Lekra, PKI, sampai Proses Kreatif
Penyusun : P Hasudungan Sirait, dkk.
Penerbit : Nalar
Terbit : I, 2011
Halaman : xxxviii + 502 Halaman
Harga : Rp. 135.000
Artikel Terkait: Resensi Buku Pram Melawan!
resensi
- Buku Burung-burung Cakrawala Karya Mochtar Pabottingi
- Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)
- Resensi Buku Perfume; The Story Of an Exotic Murderer
- Resensi Buku The Book With no Name
- Resensi Buku Dibawah Bendera Revolusi
- Resensi Buku Makin Sehat Dengan Berjilbab
- Resensi Buku Dalih Pembunuhan Massal; Gerakan 30 September dan Kudeta Suhato
- Resensi Buku Jurnalisme dan Politik di Indonesia karya David T. Hill
- Resensi Buku - Nak, Maafkan Ibu tak Mampu Menyekolahkanmu
- Sinopsis Novel MANGIR karya Pramoedya Ananta Toer
- Resensi Buku Wajah Terakhir - Antologi Cerita Pendek Mona Sylviana
- Resensi Buku The White Castle karya Orhan Pamuk
- Resensi Buku The Darkness of Gatotkaca
- Resensi Buku Bioskop Jadi Majelis Taklim
- 1 Perempuan 14 laki-laki - Djenar Maesa Ayu; Ayo kejar bukunya !!!
- Resensi 40 Days in Europe
- Surat Kecil untuk Tuhan - Resensi Novel
- Pohon Filsafat - The Tree of Philosophy by Stephen Palmquis
- Novel Totto-Chan Ebook Download
- Resensi Dwilogi Padang Bulan
- Resensi dan Download Ebook Novel Laskar Mawar
- Download Buku Kembang Kertas karya Eni Martini
- Resensi Buku Gajah Mada Perang Bubat, Download Ebook Gratisnya
- Download Novel Negeri 5 Menara
info buku
- Buku: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur | Kisah seorang Muslimah yang menjadi Pelacur
- Buku Biografi Jokowi; Spirit Bantaran Kali Anyar
- Jerome Becomes A Genius; Mengungkap Kecerdasan Orang Yahudi
- Buku Burung-burung Cakrawala Karya Mochtar Pabottingi
- Buku Sejarah Sosial Media Oleh Asa Briggs
- Resensi Buku Jurnalisme dan Politik di Indonesia karya David T. Hill
- Resensi Buku Wajah Terakhir - Antologi Cerita Pendek Mona Sylviana
- Kretek Jawa, Gaya Hidup Lintas Budaya
- Buku Dibawah Bendera Revolusi Terbitan 2004
- Percakapan dengan Sidney Hook